Utilitarianisme
merupakan bagian dari etika filsafat mulai berkembang pada abad ke 19 sebagai kritik
atas dominasi hukum alam. Sebagai teori etis secara sistematis teori
utilitarianisme di kembangkan Jeremy Betham dan muridnya, John Stuart Mill.
Mnenurut mereka Utilitarianisme disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar (the
greatest happines theory). Karena utilitiarianisme dalam konsepsi Bentham
berprinsip the greatest happiness of the greatest number. Kebahagiaan tersebut
menjadi landasan moral utama kaum utilitarianisme, tetapi kemudian konsep
tersebut di rekonstruksi Mill menjadi bukan kebahagiaan pelaku saja, melainkan
demi kebahagiaan semua. Dengan prinsip seperti itu, seolah-olah utilitarianisme
menjadi teori etika konsekuensialisme dan welfarisme.
Menurut
(Shomali, 2005: 11), Utilitarianisme terkadang disebut dengan Teori Kebahagiaan
Terbesar yang mengajarkan tiap manusia untuk meraih kebahagiaan (kenikmatan)
terbesar untuk orang terbanyak. Karena, kenikmatan adalah satu-satunya kebaikan
intrinsik, dan penderitaan adalah satu-satunya kejahatan intrinsik. Oleh karena
itu, sesuatu yang paling utama bagi manusia menurut Betham adalah bahwa kita
harus bertindak sedemikian rupa sehingga menghasilkan akibat-akibat baik
sebanyak mungkin dan sedapat dapatnya mengelakan akibat-akibat buruk. Karena
kebahagianlah yang baik dan penderitaanlah yang buruk.
Kebahagiaan
tercapai jika ia memiliki kesenangan dan bebas dari kesusahan. Suatu perbuatan
dapat dinilai baik atau buruk sejauh dapat meningkatkan atau mengurangi
kebahagiaan sebanyak mungkin orang. Prinsip kegunaan harus diterapkan secara
kuantitatif, karena kualitas kesenangan selalu sama sedangkan aspek
kuantitasnya dapat berbeda-beda.
Dalam
pandangan utilitarisme klasik, prinsip utilitas adalah the greatest happiness
of the greatest number (kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi sebanyak mungkin
orang). Hal ini dapat dipahami bahwa di mana kebahagiaan disamakannya dengan
kenikmatan dan dengan kebebasan perasaan sakit. Berkat konsep fundamentalnya
tersebut Jeremy Betham diakui sebagai pemimpin kaum Radikal Filosofis yang
sangat berpengaruh. Akan tetapi teori yang di usung Betham tersebut mempunyai
banyak kelemahan terutama tentang moralitas, sehingga para pengkritik
mencelanya sebagai pig philosophy; filsafat yang cocok untuk Babi. Salah paham
tersebut kemudian berusaha diluruskan kembali oleh pengikutnya, Jhon Stuart
Mill. Para utilitarian menyusun argumennya dalam tiga langkah berikut berkaitan
dengan pembenaran euthanasia (mercy killing):
(1).
Perbuatan yang benar secara moral ialah yang paling banyak memberikan jumlah
kenikmatan dan kebahagiaan pada manusia.
(2).
Setidaknya dalam beberapa kesempatan, perbuatan yang paling banyak memberikan
jumlah kenikmatan dan kebahagiaan pada manusia bisa dicapai melalui euthanasia.
(3).
Oleh karena itu, setidaknya dalam beberapa kesempatan, euthanasia dapat
dibenarkan secara moral.
Sekalipun
mungkin argumen di atas tampak bertentangan dengan agama, Bentham mengesankan
bahwa agama akan mendukung, bukan menolak, sudut-pandang utilitarian bilamana
para pemeluknya benar-benar memegang pandangan mereka tentang Tuhan yang penuh
kasih sayang. Pada sisi lain, para utilitarian menolak eksperimen2 saintifik
tertentu yang melibatkan binatang, lantaran kebahagiaan atau kenikmatan harus
dipelihara terkait dengan semua makhluk yang bisa merasakannya—terlepas apakah
ia mukhluk berakal atau tidak. Lagi2, buat mereka, melakukan hal yang menambah
penderitaan adalah tindakan imoral.
Istilah
– istilah yang kami dapat dari para ahli
Menurut
(Salam, 1997: 76).
Utilitarianisme
secara etimologi berasal dari bahasa Latin dari kata Utilitas, yang bearti
useful, berguna, berfaedah dan menguntungkan. Jadi paham ini menilai baik atau
tidaknya, susila atau tidak susilanya sesuatu, ditinjau dari segi kegunaan atau
faedah yang didatangkannya
Menurut
(Mangunhardjo, 2000: 228).
secara
terminology utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa
yang baik adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang
jahat atau buruk adalah yang tidak bermanfaat, tak berfaedah, merugikan. Karena
itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna,
berfaedah, dan menguntungkan atau tidak
Menurut
Jhon Stuart Mill
sebagaimana
dikutip Jalaluddin Rakhmat Utilitarianisme adalah aliran yang menerima kegunaan
atau prinsip kebahagiaan terbesar sebagai landasan moral, berpendapat bahwa
tindakan benar sebanding dengan apakah tindakan itu meningkatkan kebahagiaan,
dan salah selama tindakan itu menghasilkan lawan kebahagiaan. Sedangkan
kebahagiaan adalah kesenangan dan hilangnya derita; yang dimaksud dengan
ketakbahagiaan adalah derita dan hilangnya kesenangan.
Menurut
(Rakhmat, 2004: 54)
Utilitarianisme
merupakan pandangan hidup bukan teori tentang wacana moral. Moralitas dengan
demikian adalah seni bagi kebahagiaan individu dan sosial. Dan kebahagiaan atau
kesejahteraan pemuasan secara harmonis atas hasrat-hasrat individu (Aiken,
2002: 177-178).
Ciri-ciri
Ultilitarianisme
1.
Kritis.
Utilitarianime
berpandangan bahwa kita tidak bisa begitu saja menerima norma moral yang ada.
Utilitarianisme mempertanyakan norma itu. Sebagai contoh, seks sebelum nikah.
Bagi penganut utilitarianisme, seks sebelum nikah itu belum tentu buruk. Harus
dianalisis dulu apakah kegunaan seks pra nikah itu. Apakah akibat baik yang
ditimbulkan seks pra nikah itu lebih besar daripada akibat buruknya. Kalau
akibat baiknya lebih besar maka seks pra nikah itu bukan saja tidak dapat
dilarang tetapi wajib dilakukan. Kalau akibat buruk seks pra nikah itu lebih
besar maka seks pra nikah itu wajib dilarang.
2.
Rasional.
Utilitarianisme
tidak menerima saja norma moral yang ada. Ia mempertanyakan dan ini
mengandaikan peran rasio. Utilitarianisme ini bersifat rasional karena ia
mempertanyakan suatu tindkan apakah berguna atau tidak. Dalam kasus seks pra
nikah tadi, utilitarianisme mempertanyakan sebab-sebab seks pra nikah dilarang.
3.
Teleologis.
Utilitarianisme
itu bersifat teleologis karena suatu tindakan itu dipandang baik dari
tujuannya. Artinya suatu tindakan itu mempunyai tujuan dalam dirinya sehingga
dapat dipandang baik.
4.
Universalis.
Semboyan
yang terkenal dari utilitarianisme adalah sesuatu itu dianggap baik kalau dia
memberi kegunaaan yang besar bagi banyak orang. Hal ini sering dipakai dalam
bidang politik dan negara. Contoh, di kota A akan dibangun jalan tol karena itu
beberapa rumah akan kena gusur. Dengan alasan demi kepentingan yang lebih besar
dan kepentingan orang banyak, pemerintah akan meminta mereka yang rumahnya kena
gusur agar pindah. Tindakan menggusur ini dianggap benar karena penggusuran itu
dilakukan demi kepentingan yang lebih besar dibandingka kepentingan mereka yang
rumahnya digusur.
Dua
Macam Teori Utilitarianisme
1.
Utilitarianisme Tindakan.
Suatu
tindakan itu dianggap baik kalau tindakan itu membawa akibat yang
menguntungkan.
2.
Utilitarianisme Peraturan.
Teori
ini merupakan perbaikan dari utilitarianisme tindakan. Sesuatu itu dipandang
baik kalau ia berguna dan tidak melanggar peraturan yang ada.
Tanggapan
Kritis
1.
Kesulitan Menentukan Nilai Suatu Akibat.
Mengikuti
etika normatif utilitarianisme kita tentu tidak mudah menetukan mana akibat
lebih baik (lebih berguna) dari beberapa tindakan. Dalam kehidupan kita kita
seringkali berhadapan dengan berbagai pilihan. Contoh, pergi ke sekolah,
mengunjungi anggota keluarga yang sakit, makan mie pangsit. Kita sulit
menetukan mana lebih baik pergi ke sekolah atau mengunjungi keluarga yang
sakit. Makan mie pangsit tentu membuat kita merasa kenyang apalagi bagi orang
yang suka mie pangsit, tindakan makan mie pangsit tentu sangat berguna karena
memberi kepuasan. Pergi ke sekolah akan membuat kita bisa pintar. Sekarang
bagaimana mentukan akibat yang lebih baik dari tindakan tersebut? Inilah
kelemahan pertama etika normatif utilitarianisme ini.
2.
Bertentangan dengan Prinsip Keadilan
Kelemahan
kedua dari teori utilitarianisme ini adalah teori ini bertentangan dengan
prinsip keadilan. Sebagai contoh, karena pembangunan jalan tol, pemerintah
dengan mudah mengusir keluarga Sukribo. Alasan yang diberikan adalah membangun
jalan tol lebih berguna daripada membiarkan rumah Pak Sukribo tidak dibongkar.
Alasan ini tampaknya masuk akal. Akan tetapi alasan ini bertentangan dengan
keadilan. Adalah tidak boleh mengorbankan manusia demi kepentingan manusia
lain. Dengan prinsip utilitarianisme pemerintah gampang saja mengadakan
penggusuran dengan alasan demi kepentingan umum. Di sini kemanusiaan orang yang
digusur dikorbankan. Hal inilah yang bertentangan dengan prinsip keadilan yakni
mengorbankan manusia.
Kasus/Artikel
Etika
utilitarianisme adalah teori etika yang menilai suatu tindakan itu etis apabila
bermanfaat bagi sebanyak mungkin orang. Pada saat ini, banyak sekali terdapat
toko penjual pulsa /counter pulsa di sekitar lingkungan tempat tinggal saya
yang tentunya banyak memberikan manfaat pada masyarakat sekitar. Namun dikala
persaingan dalam bisnis ritel semakin ketat, ada sebuah toko penjual pulsa yang
memberikan harga yang sangat murah dibandingkan dengan toko penjual
pulsa/counter pulsa lainnya.
Analisis
Di sekitar tempat tinggal saya ada
sebuah cuonter pulsa yang memberikan harga yang paling murah bila dibandingkan
dengan counter pulsa lainnya. Perbedaan harga ini sangat signifikan karena
perbedaan harga pulsa dan perlengkapan handphone seperti aksesoris di counter
pulsa ini jika dibandingkan pada counter pulsa lainnya bisa mencapai Rp
500-1000. Selain itu dibandingkan dengan counter pulsa yang lainnya yang berada
dilingkungan rumah saya, counter pulsa ini lebih lengkap dengan produk-produk
peralatan aksesoris handphone mulai dari casing, case sampai charger berbagai
macam handphone.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa teori etika utilitarian menjelaskan bahwa suatu
kegiatan bisnis adalah baik dilakukan jika bisa memberikan manfaat kepada
sebagian besar konsumen atau masyarakat.
Salah satu contohnya adalah
keberadaan counter pulsa yang berada dilingkungan rumah saya, karena dengan
keberadaan counter ini sangat memberikan manfaat selain menjual pulsa yang
lebih murah juga menjual berbagai macam perlengkapan handphone yang lebih
lengkap.